Dinasti Qing Part 2

Masa Pemerintahan Shunzhi
Kaisar pertama Dinasti Qing adalah Shunzhi yang memerintah pada tahun 1644-1662[1]. Usaha yang dilakukan kaisar ini antara lain, memperkuat dan mempersatukan kerajaan ini dengan memperkokoh bidang pertahanan, karena pada waktu memerintah masih banyak terjadi perlawanan-perlawanan yang dilakukan oleh sisa-sisa Dinasti Ming, pemberontakan ini banyak terjadi di Cina bagian Selatan.
Diawal pemerintahannya kendali pemerintahan Dinasti Qing dipegang oleh walinya yang bernama Darghon, hingga Shunzhi berusia 14 tahun. Dargon memusatkan perhatian pada konsolidasi wilayah China. Provinsi Fujian, Zhehjian, Sitchuan berhasil mereka kuasai sepenuhnya pada tahun 1946. Shunzhi memegang kendali pemerintahan sepenuhnya ketika Darghon wafat pada tahun 1951.
Penguasa pertama Dinasti Qing ini merupakan sosok pribadi yang ingin tahu dan gemar belajar. Ia mempelajari bahasa Tionghoa, agar dapat membaca dokumen dan arsip-arsip kerajaan.
Kaisar Shunzhi menggunakan sistem pemerintahannya sama dengan sistem pemerintahan terdahulu hanya ada sedikit perubahan misalnya : jabatan-jabatan tinggi dipegang oleh dua orang (satu orang Manchu dan satu orang Tionghoa) dengan demikian walapun China ditaklukan Dinasti Qing tetap memberikan kesempatan pada orang-orang Tionghoa. Perkawinan antara orang Manchu dan orang Tionghoa pada awalnya dilarang namun akhirnya tidak bisa dicegah. Kaisar Shunzhi wafat pada tahun 1662 karena sakit.
Masa Pemerintahan Kaisar Kangxi ( 1661 – 1722 )
Kaisar kangxi adalah putra ketiga dari Kaisar Shunzhi, ketika menggantikan ayahnya Kaisar Kangxi masih berusia sangat muda oleh karena itu kendali pemerintahan berada ditangan Oboi. Sejak muda Kaisar Kangxi telah mempunyai bakat kepemimpinan yang luar biasa sehingga ketika beliau berusia 14 tahun dengan dukungan Songgotu paman dari permaisurinya yang bernama Ratu Ren kaisar Kangxi mengambil alih tahta kekaisarannya.
  Pada masa kekuasaannya banyak hal yang dilakukan oleh kaisar Kangxi ini, baik itu dibidang politik, ekonomi, sosial juga budaya. Maka tidak heran jika Kaisar Kangxi adalah salah satu Kaisar yang paling berhasil pada masa Dinasti Qing.
Usaha Pertamanya sebagai Kaisar adalah memperkokoh dan meningkatkan keamanan negerinya dari sinyal-sinyal pemberontakan, karena menurut beliau jika keamanan tidak ditingkatkan maka bahya akan timbul mengintai masa pemerintahannya.
Apa yang beliau khawatirkan terbukti, dengan adanya pemberontakan yang dilakukan oleh raja – raja muda Tionghoa. Tiga orang Jendral kawakan dengan dipimpin oleh Wu Sangui melakukan pemberontakan dan berhasil menguasai wilayah barat dan China pada tahun 1673[2]. Pada pemberontakan ini para raja-raja muda Tionghoa melakukan pemberontakan dengan cara memotong kuncir mereka masing-masing. Kuncir ini adalah lambang yang dipakai secara paksa dari dinasti Qing kepada rakyat Tionghoa. Untuk meredakan pemberontakan itu kaisar kangxi terjun langsung dalam proses peredaan pemberontakan ini dan memimpin sendiri pembersihan pemberontakan yang dilakukan oleh raja-raja muda Tionghoa. Sampai akhirnya kaisar Kangxi menyalahkan dirinya sendiri atas pemberontakan itu, sungguh sikap yang patut dicontoh oleh para pemimpin lainnya.
Dalam bidang ekonomi, Kangxi menerapkan politik dengan memberlakukan larangan penyitaan tanah dan meringankan pajak bagi rakyatnya, sehingga hal ini dapat meningkatkan pertanian serta menjamin pendapatan negara. Kangxi juga menggaji para pejabat negara dengan tinggi hal ini dilakukan untuk menekan tingkat korupsi yang banyak dilakukan oleh pejabat negara.
Di bidang kebudayaan dan kesusastraan Kangxi sangat menaruh perhatian besar[3]. Terbukti dengan usaha-usahanya untuk mengembangkan sastra, juga mengumpulkan sarjana-sarjana untuk membuat penulisan Sejarah Cina. Kangxi juga merupakan seorang yang mempelajari berbagai ilmu pengetahuan dan musik dari para Yesuit serta menunjuk mereka sebagai ahli astronomi, dokter dan juru pembuat peta kerajaan[4].
Dalam kehidupan kehidupan sosial, Kangxi melarang perkawinan antara orang Manchu dengan orang Tionghoa dengan alasan kuatnya karena orang Tionghoa diianggap sebagai kaum budak. Kangxi membebaskan rakyatnya untuk beragama, terutama untuk para orang Tionghoa mereka diperbolehkan memeluk agama kristen walaupun pada awalnya dilarang. Namun sikapnya ini berubah, tatkala terjadi perselisihan paham kaum Yesuit, sehingga sikapnya terhadap agam Kristen berubah, yakni melarang paderi-paderi Yesuit berdiam di cina dengan cara mengusirnya[5]. Namun perselisihan ini membuat Cina semakin terkenal dikalangan bangsa Eropa, terbukti kebudayaan Cina banyak mempengaruhi alam pikiran Barat.
Hal lain yang dilakukan Kangxi adalah dengan menjalin kerja sama dengan usaha dagang Belanda ( VOC ) juga melakukan kerjasama dengan Rusia  terbukti dengan melakukan perjanjian Nerchinsk yang dilatarbelakangi oleh pembangunan benteng di lembah sungai amur oleh Rusia yang mengakibatkan benteng tersebut diserang oleh pasukan Cina. Dengan hubungan kerjasama Dagang, perdagangan kedua bangsa ini menjadi ramai dan banyak orang Rusia yang mempelajari bahasa Tionghoa dan Manchu. Dengan ramainya perdagangan ini Kangxi merasa perlu membuat sistem Co-Hong yaitu gabungan dari 13 saudagar Tionghoa yang diberi hak monopoli untuk semua perdagangan dengan orang asing[6]. Dengan kerjasama ini Kangxi juga mengirim pasukan untuk memperkuat pertahanan ke daerah perbatasan terutama di Wilayah barat atau wilaya Tibet.
Pada tahun-tahun terakhir masa hidupnya kangxi menulis sebuah tulisan dari prinsip pemerintahannya yang intinya adalah Senantiasa bekerja untuk kepentingan rakyat serta melindungi rakyatnya dari berbagai bahaya yang menghadang, dari tulisan tersebut jelaslah bahwa Kangxi adalah Kaisar yang selalu mementingkan rakyatnya daripada kepentingan pribadinya. Pada tahun 1722 Kaisar Kangxi tutup usia pada usia 69 tahun dan digantikan oleh putranya yang bernama Aishingioro Yinchen.




[1] Kapita Selekta Sejarah Cina. Sugeng Riyadi. Hal : 30
[2] History of China. Ivan Taniputera. Hal: 498.
[3] Kapita Selekta Sejarah Cina. Sugeng Riadi: 31.
[4] History of China. Ivan Taniputera. Hal: 498.
[5] Kapita Selekta Sejarah Cina. Sugeng Riadi: 32.
[6] Kapita Selekta Sejarah Cina. Sugeng Riadi: 33.

0 komentar:

Posting Komentar