Dinasti Qing Part 3

Masa pemerintahan Kaisar Yinchen ( 1723 – 1735 )
Kaisar Yinchen naik tahta dengan gelar Yongzheng menggantikan ayahnya Kaisar Kangxi. Pada awal kekuasaannya beliau dengan cepat berusaha menyingkirkan lawan-lawannya, tidak peduli itu saudara atau pamannya sendiri, jika dirasa berbahaya untuk kekuasaannya maka saudara atau pamannya akan dibunuh atau dipenjara.
Untuk memeperkokoh kekuasaannya, beliau mengeluarkan peraturan bahwa seluruh keputusan penting haruslah disetujui olehnya[1]. Selain itu, beliau sangat mengawasi ketat para pejabat negaranya. Alasannya sederhana, beliau menginginkan para pejabat negaranya agar setia terhadap kekuasaannya bahkan para pejabat yang setia akan mendapat sebuah anugerah penghargaan.
Pada masa Pemerintahannya, tidak jauh berbeda dengan ayahnya namun apa yang dilakukannya tidak lebih baik dari ayahnya. Namun, perlu ditekankan beliau menyebarkan nilai-nilai moral dan juga usaha belaiau dalam memajukan pendidikan perlu diapresiasi.
Pada akhir hayatnya beliau khawatir akan terjadi perselisihan di Istana akibat perebutan tahta, maka dari itu beliau menyimpan nama penggantinya didalam kotak bersegel. Pada tahun 1735 beliau menghembuskan nafas terakhirnya, setelah kematiannya kotak bersegel itu dibuka dengan isi nama penggantinya yakni Qianlong putra keempatnya.
Masa Pemerintahan Qianlong ( 1736 – 1796 )
Masa Pemerintahan Qianlong  dianggap sebagai masa keemasaan Dinasti Qing yang luar biasa. Pada masa ini China tidak diragukan lagi yang merupakan negara terkaya dengan penduduk terpadat didunia. Qianlong merupakan sosok pribadi yang luar biasa, beliau sangat piawai dalam strategi militer, sastra, seni lukis, dan ilmu pengetahuan[2].
 Dalam Politik pemerintahannya Qianlong adalah kaisar yang banyak melakukan ekspedisi militer utuk menaklukan negeri-negeri yang berada disekitarnya guna memperluas kekuasaannya. Berkat ekspedisi militer ini China berhasil menklukan seluruh wilayah yang menjadi daerah ekspedisinya. Dinasti Qing mencapai pucak kebesarannya yang gemilang, seluruh Asia Tengah berhasil ditaklukan , termasuk Tibet. Wilayah-wilayah seperti Korea, Indo-Cina, burma, Butan, Sikin dan Nepal dijadikan sebagai negara vazalnya[3]. Dengan demikian Dinasti Qing berhasil memperluas kekuasaannya dan banyak bangsa yang mengakui kekuasaan Cina bahkan menjadikan Cina sebagai negara pelindungnya.
Bidang kesusastraan pada masa Qianlong sangatlah maju, karena pada masanya Qianlong mengumpulkan para sarjana untuk membuat mahakarya yakni menyusun antologi Cina dari segala zaman yang dikenal dengan Sigu Quanshu atau Empat Kamar Mestika dalam 36.000 jilid yang memuat 79.582 pasal. Isinya dikategorikan menjadi empat bagian : (1) Jing atau karya-karya klasik Konfusianisme, (2) Shi atau Sejarah, (3) Zi atau filsafat dan ilmu pengetahuan, (4) Ji atau kesusastraan[4]. Perlu dicatat bahwa mahakarya ini ditulis oleh 15.000 penulis. Selain mahakarya itu, Qianlong memiliki sumbangsih besar dalam bidang Kesusastraan yakni 30.000 syair telah ditulisnya dalam bahasa Tionghoa dan Manchu.
Perekonomian pada masa Qianlong juga mengalami kemajuan yang sangat pesat karena berbagai usaha yang dilakukan oleh Qianlong diantaranya memperbaiki sistem pertanian menjadi lebih baik lagi sehingga membantu mendongkrak perekonomian rakyat menjadi semakin makmur ditambah kehidupan sosial yang semakin kompleks karena meledaknya jumlah penduduk Cina karena itu pertanian sangat dikembangkan lagi untuk memenuhi kebutuhan rakyat. Tanah yang tidak dikerjakan, diambil alih oleh pemerintah dan dipergunakan untuk pertanian, Pemerintah juga mendorong para petani agar memperoleh hasil panenan yang baik[5].  Para petani yang panennya baik akan diberi hadiah dan penghhargaan, hal ini bertujuan untuk memotivasi petani agar dapat mengolah pertaniannya dengan sebaik mungkin. Selain itu, Qianlong memperbanyak hubungan dagang dengan bangsa barat. Usaha-usaha itulah yang mendongkrak perekonomian Cina kala itu. Maka tidak heran, dalam rentang waktu kira-kira setengah abad dari masa pemerintahan Dinasti Manchu, Cina selalu mengalami Kemajuan dan pertumbuhan penduduk yang sangat cepat. Demikian pula , lahan-lahan pertanian dan perindustrian semakin maju[6].
  Kehidupan Sosial pada masa Qianlong sebenarnya bisa terkendalikan berkat kehidupan ekonomi yang membaik. Namun, menjelang akhir kekuasannya Qianlong berada ditangan pengawal Istana yang bernama Heshan, ia berhasil memenangkan perhatian dan kepercayaan kaisar[7]. Berkat kepercayaan itulah ia bertindak sewenang-wenang dengan mempekerjakan keluarganya menduduki pejabat penting, juga melakukan korupsi besar-besaran. Kemunduran yang terjadi semasa akhir pemerintan Qianlong ini menimbulkan ketidakpuasan dimana-mana. Hal ini mengakibatkan banyaknya serikat-serikat bermunculan guna mengusir bangsa manchu ditambah lagi semagat bangsa Tionghoa yang mulai bangkit sehingga terjadi pemberontakan pada tahun 1793 di sungai Yangzi.
Merasa sudah tidak sanggup lagi memimpin pemerintahannya karena banyaknya persoalan yang harus dihadapi ditambah usia senja yang sudah tidak memungkinkan lagi memobilisasi pemerintahannya akhirnya Qianlong mengundurkan diri setelah berkuasa selama 60 tahun dan digantikan oleh putranya yang bernama Jiajing pada 1796.




[1] History of China. Ivan Taniputera. Hal: 500.
[2] History of China. Ivan Taniputera. Hal: 501.
[3] Sejarah dan Peradaban Cina. Rochiati Wiriatmadja. Hal:  220.
[4] History of China. Ivan Taniputera. Hal: 502.
[5] History of China. Ivan Taniputera. Hal: 503.
[6] Sejarah dan Peradaban Cina. Rochiati Wiriatmadja. Hal:  220.
[7] History of China. Ivan Taniputera. Hal: 503.

0 komentar:

Posting Komentar